Search

Email Marketing VS Media Social

  • Share this:
Email Marketing VS Media Social

Media sosial memiliki banyak kegunaan dalam hal pemasaran. Ketika digunakan dengan benar, media sosial memungkinkan kita untuk membangun hubungan yang tulus dengan pelanggan atau followers. Itu akan membantu kita dalam mencari tahu apa yang dikatakan orang tentang brand kita dan memudahkan kita untuk berbagi konten menarik dengan followers. Terlepas dari apakah mereka berada dalam lingkup B2B atau B2C, kebanyakan bisnis saat ini tidak bisa terlepas dari keberadaan media sosial. Akan tetapi, ada satu sisi yang membuat media sosial tidak cukup baik, yaitu dari sisi leadgeneration. Lead generation sendiri adalah cara bagaimana kita bisa menghasilkan konversi dari orang-orang yang datang ke website, seperti menghasilkan penjualan dari mereka, mendapatkan alamat email mereka, dan lain-lain. Media sosial bekerja secara efektif untuk banyak kegiatan pemasaran, tetapi menghasilkan lead baru bukan salah satu keunggulan dari mereka. Bahkan, ketika dikirimkan untuk menghasilkan lead, emailmarketing akan selalu mengalahkan media sosial. Salah satu studi pada tahun 2014 menunjukkan bahwa tingkat konversi email 40 kali lebih tinggi dibandingkan dengan gabungan dari Facebook dan Twitter. Jadi, mengapa email, saluran komunikasi yang relatif tua, dianggap lebih cocok menghasilkan lead? Berikut adalah beberapa alasannya.

Followers yang sudah mengenal bisnis kita bisa diraih

Orang dalam database email kita telah opt-in untuk mendapatkan informasi seputar brand kita. Mereka sudah tahu kita, dan pada satu titik, kita telah cukup mengesankan orang-orang ini bahwa mereka telah mengangkat tangan mereka dan telah menunjukkan bahwa mereka ingin mendengar informasi dari kita di kemudian hari. Sedangkan, media sosial tidak memiliki tingkat komitmen yang sama. Sebuah “follow” di media sosial tidak cukup kuat seperti email opt-in. Mengikuti seseorang di media sosial adalah kegiatan yang lebih pasif daripada mendaftar untuk komunikasi email. Mengikuti ribuan orang dan brand di media sosial adalah hal yang tidak biasa, tetapi kebanyakan justru akan mendaftar untuk email. Email mempunyai tingkat yang lebih dalam secara engagement dan kepercayaan.

Media sosial terlalu ramai

Terlalu ramai, hal yang membuat media sosial menarik dan dinamis, tetapi membuat saluran pemasarannya menjadi sulit, yaitu jumlah konten. Dalam satu hari, pengguna Twitter menghasilkan 500 tweet. Di Facebook, pengguna memasukkan 55 juta update status per hari. Pada Instagram, lebih dari 70 juta gambar yang di-posting setiap hari. Perusahaan bersaing untuk mendapatkan perhatian orang pada media sosial. Karena volume dan kecepatan konten media sosial, hanya sebagian kecil dari followers yang melihat update kita. Bahkan, edgerank milik Facebook membatasi jangkauan posting kita: hanya dua sampai enam persen dari fans/followers yang benar-benar melihat konten kita. Twitter tidak memiliki algoritma (setidaknya belum), tetapi mudah kehilangan pembaruan karena jumlah tweet orang lain yang banyak.

Orang-orang lebih suka melihat atau mengklik email

Open rate untuk pesan email marketing umumnya dalam kisaran 20 sampai 25 persen. Jika kita menganggap tingkat “reach” mencapai enam persen untuk Facebook, itu berarti pesan kita lima kali lebih mungkin untuk dilihat melalui email daripada di media sosial. CTR juga umumnya lebih tinggi pada email. CTR dari email umumnya dalam kisaran tiga persen, sementara tingkat CTR pada tweets umumnya dalam kisaran 0,5 persen.

Dapat menjelaskan lebih lengkap pada email

Beberapa hal membutuhkan lebih dari 140 karakter. Ya, memang email harus singkat juga, tetapi setidaknya kita tidak terbatas pada jumlah karakter tertentu. Untuk membuat seseorang mengambil sebuah tindakan, kita tentu perlu untuk mengatakannya lebih dari sekedar beberapa kalimat. Email marketing tidak membunuh SEO, lalu social media marketing juga tidak membunuh email marketing. Bahkan, email masih lebih unggul dibanding media sosial, dan mungkin akan terjadi selamanya. Akan tetapi, tidak berarti kita harus meninggalkan media sosial. Kita hanya perlu memikirkan kembali pendekatan kita untuk media sosial, dan mempertimbangkan keterbatasan yang sangat nyata dari media ini. Langkah pertama yang diambil adalah mengakui dulu bahwa media sosial tidak selalu menjadi media untuk lead generation. Bagi banyak perusahaan, media sosial lebih cocok untuk aktivitas brand awareness dan berfungsi sebagai customer support. Mengingat bahwa kita mengetahui email hampir selalu mendapatkan konversi yang lebih baik daripada media sosial, kita perlu memikirkan cara-cara untuk menjembatani kesenjangan tersebut–-mengonversi pengikut media sosial menjadi subscribers pada email. Cara terbaik untuk melakukan hal itu adalah melalui blog perusahaan. Jika membuat posting blog yang berkualitas tinggi, mengapa kita tidak mulai membuat newsletter blog dan menggiring orang ke dalam database kita itu? Ketika orang opt-in newsletter, kita telah mengantongi data profil mereka. Kita dapat memulai pemasaran kepada mereka melalui email.

ZULFIANTO ..

ZULFIANTO ..

Sejak tahun 2014 saya menjadi seorang Internet marketer, mentor BelajarServer.com, Web Desain, Kelas Email Marketing, Founder Mautic Academy Indonesia ,Konsultan dan layanan jasa Email marketing dan Founder e-Jasa Digital Marketing.